Jemaat Kota Kupang berdiri sejak tahun 1887, oleh karena itu jemaat ini menjadi jemaat tertua di GMIT. Embrio pelayanan selaku Jemaat
dimulai pada tahun 1614 di didalam Benteng Fort Concordia (Asrama Benteng TNI
sekarang).Kehadiran seorang Pendeta
Belanda yang bernama Ds. Matheos van den Broeck, yang dipindahkan oleh
Pemerintah VOC dari Saparua Ambon ke Kupang, jemaat kecil dalam benteng kemudian
berkembang menjadi Jemaat Kota Kupang
sekarang ini.
Ds. Matheos van den Broeck melayani di Kupang,
sebagai misionaris dengan tugas utamanya adalah memelihara/ merawat kehidupan
rohani pegawai/ tentara VOC yang ada dalam Benteng Concordia. Ia pun, sewaktu-waktu,
menggelar pekabaran Injil di luar benteng. Pada tahun 1670, Ds C. Keysero Kind datang menggantikan
Ds. Matheos van den Broeck melayani Jemaat Kupang hingga mencapai jumlah warga
jemaat sebanyak 59 orang, saat ia meninggal dunia. 17 Tahun kemudian, tepatnya
tahun 1687 – 1688 seorang Pendeta (Ds) A. Carpius datang sebagai pengganti (Ds)
C. Keysero Kind.
Pada tahun 1688 – 1691
pelayanan rohani oleh seorang Pendeta sempat kosong. Untuk mengisi kekosongan
itu maka diangkat seorang awam yang telah mendapat latihan sebagai Pendeta dan
menjalankan tugas kependetaan (bukan Pendeta) yang disebut Penghibur Orang
Sakit (POS). POS pertama adalah seorang Belanda yang bernama J.
Dick Ivon yang kemudian murtad menjadi penganut Katholik kemudian secara
berturut-turut setelah itu :
☺ Tahun 1716 seorang POS Indonesia
bernama Paulus.
☺ Tahun 1716 – 1719 seorang POS Indonesia
bernama Yan Pieterson Thenu.
☺ Tahun 1719 – 1729 seorang POS
Belanda bernama Leendert Van Dijk, yang dalam pelayanannya,
jumlah Jemaat telah
bertambah menjadi 460 Orang diantaranya 60 Orang anggota Sidi.
☺ Tahun 1749 seorang POS Belanda bernama Pieter Yan de Hond.
Tahun 1753 diangkat seorang
Pendeta bernama (Ds). Walssarff, dan pada masa pelayanannya, perkembangan
Jemaat bertambah jumlahnya menjadi 1300 Orang yang tersebar sampai
wilayah-wilayah penyanggah (Fatufeto, Mantasi, Nunhila, Fontein, Merdeka,
Bonipoi).
Pada masa pelayanannya mulai dirintis pembangunan
Gedung Gereja di luar Benteng yang mampu menampung + 300 Jemaat,
pembangunan gedung tersebut dibawah komando, Komendan Benteng Concordia Van
Pluskow yang beberapa waktu kemudian meninggal dunia dalam perang dengan
Portugis Hitam. Pembangunan gedung tersebut dilanjutkan oleh pemerintah VOC
sampai selesai tahun 1762. selain itu pada masa/ periode ini juga telah
dibangun sebuah Sekolah Pribumi sebagai penunjang Pekabaran Injil pada tahun
1761 yang diawasi langsung oleh Majelis Gereja Kupang masa itu.
Orgen ini digunakan sejak tahun 1948, pemberian dari Pdt.Ds. E. Durkstra
Sekitar tahun 1819, Pendeta/ (Ds). R. Le Bruijn,
seorang utusan dari NZG ditugaskan di
Jemaat Kupang untuk mengepalai pekerjaan pekabaran injil di seluruh wilayah di
Timor, Rote, Sabu, Babau dan Kisar. Kemajuan besar dialami pada masa ini yaitu
terlihat dari :
1. Adanya pembangunan kembali Gedung Gereja Kupang yang
hancur akibat gempa bumi pada tahun 1795. Pembangunan tersebut selesai
dikerjakan pada tahun 1826.
2. Dibukanya sekolah-sekolah sebanyak 12 buah dengan
jumlah murid + 900 Orang.
3. Bertambahnya anggota jemaat menjadi 3000 orang dalam
tempo + 10 tahun kepelayanannya.
Atas
keberhasilan yang dicapai oleh Ds. R. Le Bruijn, maka pada tahun 1827 NZG mengutus lima Pekabar Injil baru untuk membantu di
Timor.
Walaupun NZG
telah menarik diri dari pelayanannya di Kupang pada tahun 1854, Ds. G. Hey Mering masih melayani sampai
pensiun tahun 1866. Pelayanannya di Pulau Sabu tetap dilanjutkan sampai tahun
1870.
Lebih kurang ada 6 orang Pendeta berkembangsaan
Belanda yang meninggal dunia di Timor akibat penyakit demam Timor yaitu :
1. Ds. A. Carpius (1687 - 1688) meninggal pada tahun 1688
2. Ds. K. M. Walstorff (1753 - 1763) meninggal pada tahun
1763
3. Ds. J. R. Wasmuth meninggal pada tahun 1763.
4. Ds. R. Le Bruijn (1819 - 1829) meninggal pada tanggal 21
Mei 1829
5. Ds. Ter Linden (1829 - 1831) meninggal pada tanggal 30
Mei 1832.
6. Ds. G. Hey Mering diperkirakan meninggal pada tahun 1870,
karena beliau masih terus melayani setelah pensiun tahun 1866. Bersambung....
Seperti MAjelis Jemaat Kota Kupang perlu merencanakan penulisan sejarah jemaat Kota Kupang. Banyak data sudah tersedia. Dibutuhkan kemauan untuk mulai menulis. Pdt. Dr. Ebenhaizer I Nuban Timo
BalasHapus